Fastabiqul khaira


Jumat, 25 Maret 2011

Janjiku di Bahwah Cakrawala - Puisi

Sehelai benang salju
Kini telah menari – nari di ufuk Timur
Pagi menjelang disambut kokokan ayam
Angin menerpaku menusuk otot – otot lemasku

2 tahun lalu ...
Masih membekas betul semua itu
Ketika aku menggembara
Mencari pengalaman seindah bulu merak

Satuan hari sungguh tak berarti
Karena bulan akan menambah indah kala itu

Walau aku harus berpisah dengan handai taulan
Aku harus melakukan kehidupan sendiri
Aku tak menyesal ...

Awal kala itu, aku akui
Hampir setiap malam aku menangis
Aku ingin pulang !
Aku tak tahan di sini !
Mama, papa aku kangen !

Namun ...
Tempat itu memang ajaib
Semakin lama, tangis berubah menjadi tawa
Aku sadar , seorang malaikat telah menepuk pundakku
Dan menyadarkanku bahwa aku terlalu cengeng

Seiring bergantinya sang surya
Di Oktober berharga itu
Semakin aku tak ingin beranjak dari tempat ini
Walau misteri ada di dalamnya


Andai kalian tahu ...
Tempat itu adalah tempat yang sangat indah
Dan kalian merasa jadi orang beruntung
Jika kalian sempat hidup disana

Tempat itu tak lain dan tak bukan yakni
Panti Petirahan Anak Kartini
Tempat yang indah di antara dinginnya semerbak malam Tawangmanngu

Aku tak merasakan berlalunya 16 hari
Rasanya belum cukup
Aku ingin lebih lama di sana
Tapi, takdirku tak dapat kulawan
Telah dituliskan Tuhan sebagai suratku yang diketahui-Nya seorang diri

Aku pulang ke istana ini hingga kubernafas menuliskan sebait puisi
Aku tlah membawa bingkisan di awal Nopember dan telah kubuka bersama nyanyian senja
Bingkisan yang tlah terlukiskan di albumku
Bak pelangi di kegelapan malam berkawan lilin

Kini kisah klasikku tinggal cerita
Cerita hidupku yang kusimpan dalam nirwanaku yang tak bercahaya
Tak kan pernah lepas dari memoriku
Karena aku telah berjanji di bawah cakrawala
Bersaksikan gunung – gunung, burung – burung yang berkicau, dan seisi dunia ini yang fana
Akan kuingat dan kudekap erat
Hingga tlah kutemui ujung hidupku
Menerima surat kiriman Tuhan melalui Izrail