Musibah alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan Atlantis?
Plato menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi
berbagai letusan gunung berapi secara serentakyang menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebut benua yang hilang atau Atlantis.
berbagai letusan gunung berapi secara serentakyang menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebut benua yang hilang atau Atlantis.
Penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato‘s Lost Civilization yang dirilis tahun 2005. Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Menurutnya, sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Para peneliti dari Amerika Serikat juga menyatakan bahwa Atlantis adalah Indonesia. Hingga kini cerita tentang benua Atlantis yang hilang masih terselimuti kabut misteri. Sebagian orang menganggap Atlantis cuma dongeng belaka, meski tak kurang 5.000 buku soal Atlantis telah ditulis oleh para pakar.
Bagi para arkeolog atau oceanografer moderen, Atlantis tetap merupakan obyek menarik terutama soal teka-teki dimana sebetulnya lokasi sang benua. Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik.
Sebagian arkeolog Amerika Serikat bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.
Memang ada pendapat dari sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia. Namun hal itu masih debatable. Yang jelas, benar bahwa ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas daratan itu kira -kira dua kali negara India. Daratan itu hilang, dan kini tinggal Sumatra, Jawa, atau Kalimantan.
Pada dua dekade terakhir memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es. Hipotesa itu didasari pada kajian ilmiah mengingat makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologimolekuler. Tema ini, bahkan menjadi salah satu hal yang diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28 - 30 Juni 2005.
Menurut para peneliti, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.
Lalu mereka menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.
Dominasi Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah. Rumpun ini paling luas tersebar, mencakup lebih dari 1.200 bahasa dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur.
Menurut saya, sah - sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam itu adalah benua Atlantis yang hilang atau benua tersebut adalah Indonesia, meski itu masih menjadi perdebatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar