Fastabiqul khaira


Selasa, 01 November 2011

Aku dan Duniaku

Aku... Apa yang dapat kugali dari diriku adalah potensiku. Setiap "aku" adalah pribadi yang berbeda. Menurutku pribadi, aku adalah dunia dalam panggung sandiwara.
Begitu pula aku. Duniaku adalah dunia bermain dan bersenang-senang. Namun, duniaku ini seperti siluet dalam diriku. Dunia memang indah, tapi sayat-sayatnya akan menembus ruang dan waktu sampai di akhirat nanti.
Aku orang yang keras kepala. Setiap tujuan awalku tak akan kurubah. Apa yang aku inginkan, akan aku pegang teguh. Keras kepalaku ini tingkat tinggi dan terkadang aku tak tahu mengapa seperti ini.
Aku orang yang cerewet dan pendiam. Saat aku cerewet, bukan main. Tapi kadang kala jika aku menjadi sosok pendiam, maka suaraku tak terdengar sedikitpun.
Aku adalah orang yang suka berteman. Setiap jenjang sekolahku, aku pasti mempunya banyak teman. Tapi, temanku yang abadi kini bukan teman sekelasku. Memang sahabatku yang dekat di kelas ada. Tapi, teman-teman yang kompleks menjadi sahabat baikku, bukan dari kelasku yang sekarang. Jujur saya. Terkadang aku benci dengan teman sekelasku, karena terkadang mereka terlalu egois dam mementingkan kepentingannya sendiri. Kadang, aku harus bekerja keras menjadi "kacung" mereka karena aku tak seberkuasa mereka. Kadang, aku harus menerima perintah yang jika tak kulaksanakan, maka banyak yang membicarakan aku dibelakangku. Kadang, aku menjadi bahan tertawaan mereka. Sebab, aku bukan makhluk sempurna. Kadang, aku hanya menjadi bahan adu domba. Karena, aku mereka angggap aman untuk dipakai namanya. Padahal, aku tidak nyaman.
Duniaku di rumah, di sekolah, atau di lingkungan itu berbeda-beda. Dewi fortuna tak menentu datangnya.
Duniaku ini bergantung pada teman-temanku yang dapat mewarnai kertas hidupku. Ya, satu-satunya makhluk yang mampu merubah duniaku adalah teman-temanku sendiri. Jika mereka menyayangiku, pastilah duniaku akan menyenangkan. Tapi, jika mereka hanya bisa memberikan pisau tajam, maka duniaku pasti tak seindah yang aku impi-impikan.
 Tapi, justru lebih banyak pisau daripada warna bahagia. Aku tak bisa membaca apa yang ada dalam pikiran mereka. yang aku tahu hanya. Menjalani hidup walau pahit manis merambah di hidupku. Semoga aku bisa menjalani duniaku dengan "aku" yang apa adanya.

Penuh WARNA atau dihantam PISAU ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar