Benar,
jika rasa adalah nyata bagi setiap manusia. Benar, jika rasa adalah warna bagi
kehidupan manusia. Benar, jika rasa adalah damba bagi setiap manusia.
Benar saja,
bahwa terkadang rasa muncul begitu saja, namun memang benar jika ada orang
bijak mengatakan bahwa “Seberapa lama kamu menyukai sesorang, selama itulah
waktu yang kau butuhkan untuk melupakannya”.
Rasa itu
bukan mainan, dan ia berbicara lebih pedas dibandingkan dengan mulut. Tak berdusta
seandainya 5 kali bertemu dan 4 kali menjadi rival adalah bumbu yang paling
menyengat. “Pertemuan pertama dan kedua adalah kebetulan, namun pertemuan
ketiga dan selanjutnya adalah takdir”... dulu, membaca kalimat itu serasa
melayang pada sosoknya. 2 kali LCC dan 2 babak lomba Pasiad. Fikirku pertemuan-pertemuan
itu akan berakhir di kali kedua saat pergulatan akbar sains. Tapi ternyata
masih 3 pertemuan setelah itu dan pada ketiganya kau adalah rivalku.
Waktu tak
buta, waktu tak setega para pemekerja budak. Selaras dengan sikapmu yang datar,
akhirnya aku menemukan fokus yang lebih nyata sekarang. Seperti yang pernah
kukatakan jika “Cukup saja sampai batas ini, jika bisa lebih, maka konsentrasiku
akan lebih terkuras lagi”... Terima kasih MIZ, pernah menjadi pewarna hidupku,
tapi ingat bahwasannya kini kita tinggallah mantan rival. Entah kapan kan
berjumpa lagi, yang jelas kudoakan semoga kau menjadi orang sukses... See you
nex way...
Time :
at the great July